Siaran-siaran di televisi tentang pemilu akhir-akhir ini sungguh menarik
untuk dinikmati. Mulai dari ungkapan rasa senang caleg yang lolos pada putaran
pemilu sampai dengan para caleg gagal. Yang menarik, sebagian besar dari kita
mungkin akan tersenyum geli ketika melihat berita di televise tentang tingkah
para caleg gagal setelah sadar dirinya tidak lolos menurut hasil pemilu 9 April
kemarin. Caleg caleg gagal ini dilanda stress yang parah. Begitu besarnya
ambisi caleg caleg ini untuk menjadi wakil rakyat sampai-sampai ada pula caleg
yang berakhir di rumah sakit jiwa setelah sadar dirinya tak diinginkan rakyat
menjadi wakil rakyat.
Tak seperti pada lima
atau sepuluh tahun lalu, berita-berita caleg gagal memang tak terlalu di ekspos
ke masyarakat. Hal ini memang caleg-caleg pada masa itu tak sebanyak tahun ini.
Sehingga tak banyak pula caleg yang stress karena gagal terpilih. Berbeda dengan
tahun 2014, caleg-caleg yang bermunculan begitu banyaknya hingga pemilih pun
menjadi bingung harus memilih siapa. Daftar pemilih di TPS III Desa Tapir Seteluk
misalnya, sebagian besar dari daftar pemilih mengaku dilema akan pilihan mereka
sendiri. Tindakan asal coblos pun tak dapat dihindari oleh sebagian besar dari
mereka. Inilah fenomena yang terjadi pada pemilu kita tahun ini. Jika di tahun-tahun
seterusnya partai dan caleg baru semakin banyak bermunculan maka bukan tidak
mungkin fenomena pemilu 2014 akan terjadi lagi di tahun 2019. Dan kita sebagai
penikmat berita siap-siap akan menyaksikan kira-kira caleg mana saja yang akan
membawa dirinya ke rumah sakit jiwa. (HW)
No comments:
Post a Comment