Anda seorang guru tentu tahu apa itu Direct
Instruction (pembelajaran langsung). Model pembelajaran yang satu ini sudah
banyak ditinggalkan oleh sebagian besar guru-guru di sekolah. Pasalnya model
pembelajaran Direct Instruction berpusat
pada guru (teacher centered) dan dikenal dengan sebutan active teaching yang artinya aktif mengajar. Pada model
pembelajaran ini guru terlihat lebih aktif mengajar sedangkan siswa lebih
banyak menerima apa yang disampaikan guru di depan kelas. Konon menurut
sebagian besar pakar pendidikan, pembelajaran langsung memberikan sedikit
kesempatan bagi siswanya untuk mengeksplorasi pengetahuannya sendiri. Inilah
yang menjadi sebuah kelemahan pada pembelajaran langsung. Melihat kenyataan
itu, guru-guru kini banyak yang beralih ke pembelajaran kooperatif yang dapat
membuat siswanya lebih aktif belajar daripada aktivitas mengajar guru.
Setiap model pembelajaran pada dasarnya memiliki kelemahan dan kelebihan
masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta materi pelajaran
yang akan kita sampaikan. Siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan baik
dengan temannya tentu akan kesulitan dalam belajar jika materi disampaikan guru
dengan cara harus berdiskusi. Terlebih lagi materi tersebut dirasa sulit bagi
siswa. Belum lagi sarana dan prasarana yang terbatas. Jadi disinilah kebijakan
seorang guru berperan penting untuk menentukan model pembelajaran yang mana
kira-kira sesuai dengan karakteristik siswanya, materi pelajaran yang
disampaikan, serta melihat sarana dan prasarana apa saja yang tersedia di
lingkungan belajar itu. Berdasarkan segala situasi dan kondisi lingkungan
belajar itu, maka ada baiknya kita kembali melirik model pembelajaran langsung
yang sudah lama ditinggalkan kini.
Selain dikenal dengan istilah active teaching, pembelajaran langsung
juga dinamakan whole-class teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar
dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik
dan mengajarkan secara langsung kepada seluruh siswa. Teori pendukung
pembelajaran langsung adalah teori belajar behaviourisme dan teori belajar
social (Suprijono, 2010: 47).
Teori belajar behavioristik lebih mendudukkan peserta didik sebagai
individu yang pasif. Mereka belajar dengan cara menerima respond dan perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan. Sedangkan menurut albert bandura, individu melakukan
pembelajaran dengan cara meniru apa yang ada di lingkungannya terutama perilaku
orang lain yang dalam hal ini adalah seorang guru (dalam Sandra 2010). Dari
kedua teori belajar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku sesuai dengan apa yang
diterimanya dari seorang guru.
Seperti model-model pembelajaran yang lain, pembelajaran langsung juga
memiliki sintaks atau tahapan-tahapan pembelajaran yang menjadi ciri-cirinya,
yaitu:
Fase ke-
|
Nama fase
|
Kegiatan guru
|
1
|
Establishing
set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar
belakang pelajaran, dan mempersiapkan peserta didik untuk belajar.
|
2
|
Demonstrating
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
|
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang
benar dan menyajikan informasi tahap demi tahap
|
3
|
Guided
practice
Membimbing pelatihan
|
Merencanakan dan memberkan pelatihan awal
|
4
|
Feed
back
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil
melakukan tugasnya dengan baik dan memberikan umpan balik
|
5
|
Extended
practice
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan
|
Mempersiapkan dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatikan khusus kepada situasi
yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
|
Nah, bagi guru-guru yang memiliki peserta didik dengan kemampuan bekerja
sama dalam kelompoknya rendah maka tidak ada salahya jika mencoba menerapkan cara klasikal dalam mengajar seperti pembelajaran langsung. Tapi ingat, pembelajaran
langsung tidak harus selalu membuat siswa menjadi pasif dan menerima apa adanya
dari guru. Siswa juga dapat dikomando untuk membentuk kelompoknya sendiri. Meskipun
kelompok diskusi yang dibentuk tidak sesolid pada pembelajaran kooperatif. Biasanya
kelompok siswa yang dibentuk dalam pembelajaran langsung bertujuan untuk
membahas masalah-masalah yang sederhana seperti mengerjakan latihan bersama
sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan gurunya di depan kelas (HW_ Hendra
Winata).
Daftar
Pustaka:
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sandra, lusiana. 2010. Teori
Belajar Social. Tersedia pada: http://scribd.com/doc/45186694/TEORI-BELAJAR-SOSIAL. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 pukul 20.00 WITA.
No comments:
Post a Comment