Search This Blog

Saturday, October 12, 2013

DIRECT INSTRUCTION


Anda seorang guru tentu tahu apa itu Direct Instruction (pembelajaran langsung). Model pembelajaran yang satu ini sudah banyak ditinggalkan oleh sebagian besar guru-guru di sekolah. Pasalnya model pembelajaran Direct Instruction berpusat pada guru (teacher centered) dan dikenal dengan sebutan active teaching yang artinya aktif mengajar. Pada model pembelajaran ini guru terlihat lebih aktif mengajar sedangkan siswa lebih banyak menerima apa yang disampaikan guru di depan kelas. Konon menurut sebagian besar pakar pendidikan, pembelajaran langsung memberikan sedikit kesempatan bagi siswanya untuk mengeksplorasi pengetahuannya sendiri. Inilah yang menjadi sebuah kelemahan pada pembelajaran langsung. Melihat kenyataan itu, guru-guru kini banyak yang beralih ke pembelajaran kooperatif yang dapat membuat siswanya lebih aktif belajar daripada aktivitas mengajar guru.
Setiap model pembelajaran pada dasarnya memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta materi pelajaran yang akan kita sampaikan. Siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan baik dengan temannya tentu akan kesulitan dalam belajar jika materi disampaikan guru dengan cara harus berdiskusi. Terlebih lagi materi tersebut dirasa sulit bagi siswa. Belum lagi sarana dan prasarana yang terbatas. Jadi disinilah kebijakan seorang guru berperan penting untuk menentukan model pembelajaran yang mana kira-kira sesuai dengan karakteristik siswanya, materi pelajaran yang disampaikan, serta melihat sarana dan prasarana apa saja yang tersedia di lingkungan belajar itu. Berdasarkan segala situasi dan kondisi lingkungan belajar itu, maka ada baiknya kita kembali melirik model pembelajaran langsung yang sudah lama ditinggalkan kini.
 Selain dikenal dengan istilah active teaching, pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkan secara langsung kepada seluruh siswa. Teori pendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar behaviourisme dan teori belajar social (Suprijono, 2010: 47).
Teori belajar behavioristik lebih mendudukkan peserta didik sebagai individu yang pasif. Mereka belajar dengan cara menerima respond dan perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan. Sedangkan menurut albert bandura, individu melakukan pembelajaran dengan cara meniru apa yang ada di lingkungannya terutama perilaku orang lain yang dalam hal ini adalah seorang guru (dalam Sandra 2010). Dari kedua teori belajar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku sesuai dengan apa yang diterimanya dari seorang guru.
Seperti model-model pembelajaran yang lain, pembelajaran langsung juga memiliki sintaks atau tahapan-tahapan pembelajaran yang menjadi ciri-cirinya, yaitu:
Fase ke-
Nama fase
Kegiatan guru
1
Establishing set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, dan mempersiapkan peserta didik untuk belajar.
2
Demonstrating
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang benar dan menyajikan informasi tahap demi tahap
3
Guided practice
Membimbing pelatihan
Merencanakan dan memberkan pelatihan awal
4
Feed back
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugasnya dengan baik dan memberikan umpan balik
5
Extended practice
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Mempersiapkan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatikan khusus kepada situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, bagi guru-guru yang memiliki peserta didik dengan kemampuan bekerja sama dalam kelompoknya rendah maka tidak ada salahya jika mencoba menerapkan cara klasikal dalam mengajar seperti pembelajaran langsung. Tapi ingat, pembelajaran langsung tidak harus selalu membuat siswa menjadi pasif dan menerima apa adanya dari guru. Siswa juga dapat dikomando untuk membentuk kelompoknya sendiri. Meskipun kelompok diskusi yang dibentuk tidak sesolid pada pembelajaran kooperatif. Biasanya kelompok siswa yang dibentuk dalam pembelajaran langsung bertujuan untuk membahas masalah-masalah yang sederhana seperti mengerjakan latihan bersama sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan gurunya di depan kelas (HW_ Hendra Winata).

Daftar Pustaka:
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sandra, lusiana. 2010. Teori Belajar Social. Tersedia pada: http://scribd.com/doc/45186694/TEORI-BELAJAR-SOSIAL. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 pukul 20.00 WITA.

No comments:

Post a Comment