Search This Blog

Monday, October 31, 2011

LEMBAYUNG SENJA


Kmmesraseteluk ( 27/10 2011 ) Siang itu,cuaca tidak begitu bersahabat dan tidak sedang berpihak padaku.  Langit Pulau Pedas tertutup awan hitam. Mendung.  Sinar   mentari terhalang oleh arakan  awan  hitam. Pepohonan bergoyang diterpa oleh angin yang solah-alah akan meruntuhkan segala isi jagad raya ini.
            Aku jadi ragu untuk melanjutkan perjalanku  menuju ke kampus yang berjarak masih sangat jauh untuk kutempuh
                Tiba-tiba aku menghentikan  kayuh sepeda ontelku...dalam  keraguanku  aku  pun bertanya dalam  hati kecilku.
 “ Akankah kulanjutkan perjalananku  menuju kampus...???Aku bingung sendiri, akhirnya aku menepis semua keraguan ku itu.
 Kunaiki lagi sepeda ontelku  yang selalu setia mengantarku ke mana saja, ku kayuh dia sekuat tenaga ku,  agar lekas tiba, tapi.....belum seratus meter perjalananku, tiba-tiba......gerimis mengguyur bumi pertiwi,  aku pun mengayuh ontelku lebih kencang  lagi, tetapi gerimis sudah terlanjur mengundang derasnya hujan.
 Aku mencari tempat berteduh, tapi di sekitar itu tidak ada satu pun pohon tempat berteduh,mungkin akibat dari pemanasan global sehingga lokasi itu menjadi gersang , aku jadi ingat...bahwa di sekitar daerah sini  terdapat sebuah taman bacaan, akhirnya kubalikkan ontelku untuk melaju ke sana. Ternyatanya ...benar di situ terdapat taman bacaan yang sangat asri kelihatannya dari luar, bangunannya didesain ala Eropa, taman yang meghiasi halaman terrawat dan tertata rapi, aku penasaran untuk melihat isi bangunan itu, “ apakah isinya seindah bentuknya?
            Kusandarkan sepedaku di sebelah pos jaga taman bacaan itu, aku malu untuk memarkir ontelku karena yang terjejer rapi di halamann parkir hanya roda dua dan roda empat yang bermesin,
Tapi aku malas memikirkan itu semua. Kulepas jaket almamaterku yang sedikit basah , kuletakkan di atas sepedaku, aku  melangkah dengan pasti memasuki ruangan yang sangat menarik perhatianku.
Ternyata apa yang ada di benakku itulah yang aku lihat, aku sudah tidak sabar untuk membaca satu demi satu buku yang tertata rapi di rak. Aku bingung entah memulai dari mana, apakah buku fiksi...atau nonfiksi tentang politik... ? hukum...? ekonomi...? Budaya...? Pendidikan...?atau... Bla...bla..bla...!
Akhirnya aku  memilih sebuah buku yang berkaitan dengan mata kuliahku  hari ini. Aku membuka buku itu, halaman demi halaman kubaca dengan  konsentrasi  yang tinggi  serta pemahaman yang mendalam. Tak terasa ku lirik arlojiku  sudah menunjukkan pukul 13.10 wita, aku bingung karena tidak dapat mengikuti mata kuliah MKDU yaitu bahasa Indonesia, ingin kuterobos hujan tapi itu tidak mungkin.  hujan semakin deras, halilintar menggemuruh , angin bertiup dengan kencangnya.
Semua itu tidak mempengaruhi  aktivitas orang-orang yang berada di dalam taman bacaan tersebut.
Sebuah suara yang sangat lembut terdengar syahdu memanggil  namaku .
” Panjul.....???? “ suara itu... sepertinya aku kenal betul. konsentrasiku buyar seketika. Aku pun menoleh ke arah suara itu.....
MasyaAllah....!!!! seorang cewek yang sangat anggun berdiri di depanku. 
Larasati.....pekikku tanpa sadar. Semua mata di dalam taman bacaan itu tertuju kepada kami, aku sedikit malu.
 Larasati seorang perempuan yang feminim dan sederhana yang selalu menarik perhatian seorang lelelaki yang melihatnya. Tutur katanya yang santun, serta kesederhanaanya membuat aku simpati kepadanya, tapi...semua rasa itu belum sempat kuungkapkan  karena kami terpisah oleh ruang dan waktu.  
 Dia adalah teman akrabku dari SD sampai SMP. Kami bersekolah di salah satu SMP Negeri yang terdapat di sebuah kabupaten yang berada di kota Malang .  Apa pun jenis kegiatan kami kami tidak perna berpisah baik itu belajar kelompok. Di mana ada Larasati di situlah aku berada. Tapi   semenjak  lulus SMP kami tidak perna bertemu lagi atau pun saling kontak.  
“ Njul....kamu kok... bisa ada di sini...? “ tanya Larasati.
“ lho....kamu... kenapa bisa ada di sini...” Panjul balik bertanya.
“ setahun yang lalu papaku  pindah tugas  ke sini....”
“ oh.....”      aku mengangguk pelan-pelan.
“ kalau kamu...????? “ desak Larasati tidak sabar.
Aku terdiam sesaat...
“ panjang ceritanya, Laras......! “
“ ceritain aja... Njul, aku siap kok... menjdi pendengar sejati, karenadari dulu aku selalu mencari tahu keberadaanmu “
Mendengar itu  itu dada Panjul terkesiap dan serasa berada di atas awan. Mulailah Jamil menceritakan kisahnya sehingga dia bisa berada di pulau Lombok ini
“ Semenjak kelas satu SMA kedua orang tuaku pergi menghadap sang Khalik...” sebelum ku lanjutkan kata-kataku Larasati memberondongku dengan beberapa pertanyaan.
“ Mereka sakit apa...Panjul...??? “
“ Kenapa mereka bisa meninggal secara bersamaan...??? “
“ Apa mereka tabrakan...??? “
Aku mengangguk lemah, air muka Larasati berubah menjadi keruh, tapi guratan-guratan  serta aura kecantikannya selalu terpancar walaupun ekspresinya sedang sedih. Aku pun tidak dapat membendung kesedihanku.
“ lanjutkan... Njul...”  ungkapnya lirih.
Aku pun melanjutkan ceritaku, sebenarnya aku sangat berat menuturkan kisah  perjalanan hidupku...tapi...aku rela demi Larasati, demi rasa yang masih terpendam di lubuk sanubariku yang paling dalam, yang  tulus dan murni, semurni logam mulia dua puluh empat karat.
“ Mereka adalah korban tabrakan kereta api jurusan Malang-Surabaya “
“ Stop...stop...stop... Njul, jangan  dilanjutkan “ pinta Larasati. Butiran-butiran mutiara bergulir setitik demi setitik dari sudut mata indah Larasati.
“ Intinya kamu di sini ngapain...Njul...??? “
“ Aku kuliah di sebuah universitas Swasta di kota ini...Laras!!!!!, “
“ terus...siapa yang membiayai kuliahmu...???”
 “ aku membiayai kuliahku dengan menjadi  loper koran, aku  lakukan ini semua demi masa depanku...aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku yang selalu setia menantiku di surga”
“ aku terpaksa merantau ke daerah ini, karna aku tidak mau larut dalam kesedihan di kota kelahiran ku...”
Diam-diam Laras menyimpan rasa simpati terhadap kisahku, atau bahkan mungkin terhadap pribadiku...kulihat pandangan  matanya yang tadinya sedih berubah menjadi sorotan yang penuh semangat. Buliran-buliran bening yang menetes di pipinya yang mulus diseka dengan kedua telunjuknya  yang lentik.
Secara spontan Larasati menepuk punggungku, akupun tersentak dibuatnya, sambil tersenyum dan berkata,
“ teruskan perjuanganmu ...Njul!!!  demi masa depan...demi orang tuamu....”
“ aku bangga punya teman setegar dan sehebat kamu...”
Ada muncul sekelumit rasa bangga dalam hatiku....atas pujian cewek secantik Laras...atau mungkinkah ini rasa yang telah kupendam selama ini dan belum sempat ku ungkapkan?????
Aku tersadar dari lamunanku.
Di luar sana gerimis masih tersisa, awan kelabu masih menggelayut manja di langit, mega-mega yang berarak masih memayungi bukit-bukit yang indah. Hari sudah memasuki usia senja. tanpa terasa arlojiku sudah menunjukkan pukul 17.30 wita. Aku pun meletakkan kembali buku yang ku pegang yang belum selesai aku baca, tiba-tiba Laras menghampiriku lagi....
“ pulang    yuk......... “ ajaknya.
Aku pun mengannguk tanda setuju, setiba di halaman parkiran Laras melangkahkan kakinya kmenuju ke sebuah mobil  kijang LGX berwarna maron, ada sedikit rasa minder di hatiku, ketika aku menjemput ontelku di sebelah pos jaga taman bacaan. Tapi rasa itu ku tepis jauh-jauh. Larasati pun tersenyum bangga melihatku memakai almamater universitasku serta ontelku yang setiIa menemaniku. Dia mulai menyalakan mesin kijang LGXnya dan mendekati ontelku sambil membisikkan kata
“ lanjutkan perjuangan  hidupmu.....kawan...” dengan  lirih dia melanjutkan  kata-kata yang membuat jantungku serasa copot .
“ kepribadianmu.... pantas untuk mengisi relung hatiku.....! ”  Asyiiiik........gayung bersambut, pekikku dalam  hati.
“ see you again....di setiap malam  minggu............!!!!!!”
Belum sempat kuucapkan sepatah kata pun kijang LGX Laras sudah melaju meninggalkan aku beserta ontelku. Rasanya aku semaput mndengar bait-bait yang ungkapkan Larasati.
 Semangat hidupku  membaja mendengar semua itu, dan jujur seumur hidupku baru pertama kali aku merasakan kebahagiaanya seperti yang ku rasakan saat ini.....
 Lembayung dan pelangi di senja itu menyambut kepulanganku dengan senyum dikulum,  yang syarat dengan makna.  Hatiku  damai dalam dekapan  mereka.....!!!

                                    ( By : Delfy Rezqya A )

No comments:

Post a Comment