Pemandangan Desa Mantar |
Mungkin banyak dari masyarakat
yang sudah tak asing lagi dengan kata “MANTAR”. Memang benar, mantar adalah
salah satu desa yang terdapat di atas gunung. Dan “MANTAR” ini juga masih
termasuk dalam wilayah KSB. Disini, Kami akan mengulas sedikit cerita yang kami
dapat ketika berpetualang di mantar. Ternyata asal muasal desa mantar ini
berasal dari nama seorang jendral yaitu “MANTRI”
yang lama kelamaan menjadi kata “MANTAR”.konon
dulu ada kapal yang terdampar di “TUANANGA”
dan kini kapal itu berbentuk batu yang di sebut oleh masyarakat “BANGKA
BELA” yang dalam bahasa indonesianya itu “KAPAL YANG TERPECAH” dan akhirnya banyak dari penumpang kapal itu
yang berpencar karna berusaha untuk bertahan hidup.
Dan akhirnya 7 orang dari
penumpang kapal yang terdampar itu. mereka berjalan terus, dan terus hingga
akhirnya salah seorang dari mereka yaitu seorang “MANTERI” atau nama dari seorang jendral. la menemuka sebuah mata air, dan akhirnya dipanggillah
teman-teman mereka dan mereka membuat sebuah pemukiman. Mereka berasal dari
beberapa etnis atau suku yang berbeda-beda. Dan pada saat itu ada 5 buah benda
yang mereka bawa dari kapal namun yang saya ketahui hanya 3 yaitu : 2 buah guci 1 buah gong
Saat ini benda-benda tersebut dapat kita liahat di beberapa tempat
di desa Mantar. antaranhya:
2
buah guci
Kita dapat melihatnya di sebuah
masjid ketika kita baru pertama sampai di desa “MANTAR”. konon juga,,,
2 buah guci ini memiliki cerita. Jika guci yang di sebelah kanan
adalah guci wanita. Kalau yang di kiri adalah laki-laki.
1
buah gong
Gong ini sekarang terdapat di “AI
MANTE” atau dalam bahasa indonesianya “AIR MANTAR” yang dimana ini adalah mata
air pertama yang di temukan. Pasti pembaca bertanya, apa hubungannya dengan “ai
mante” ???
Ya pasti ada donk !!!
Gong ini berda di ai mente karena
di suatu hari, pada musim penghujan. Air yang keluar dari ai mante begitu besar.
Maka pada saat itu tak ada benda yang dapat menutup deras airnya. Dan akhirnya
di pakailah gong itu untuk menutupnya.
Perjalanan menuju
mantar melalui “AI OLAT” atau jalan yang dulunya selalu di gunakan oleh
masyarakat setempat untuk naik turun “Mantar” sebelum adanya jalan melalui
tapir. Kalau di pikir-pikir, jalan melalui “Ai Olat” ini justru lebih cepat.
Hanya saja, jalannya ini jalan setapak, dan bagi pembaca yang suka dengan
petualangan. Sebaiknya melalui jalan ini karena lebih seru dan memakan waktu ±2
jam, sedangkan untuk turunnya tak sampai ±30 menit.
By : Bonita t0 the sc0utink
ko sedikit sejaranya trus suku desa mantar yg terdampar suku apa dan dari bangsa yg perna terdampar di desa mantar
ReplyDeleteWah..., desa sy di promosikan :D
ReplyDeleteDari cerita di atas, sy mau confirm yg masalah "guci" ny. Setahu saya "guci" yg ada di mesjid itu udh g asli lg bos. Yg aslinya udh g ada lg.
Kl untuk gong ny, itu baru bener. Bagi yg ingin berkunjung, tlong jg sembarangan di mata air "Ai Mante"nya. Memang tampaknya g perlu di hargai, tapi tlong hati2, okey :)
Tapi, di karenakan sudah di tutup mata airnya, sekarang desa mantar mlah kekurangan air. Kl musin kemarau, nungguin air trus tuch, itupun cuma untuk keperluan masak ja + untuk minum.
Sebenarnya sy g bermaksud mengangkat cerita pilu di desa mantar, tapi itulah adanya.
foto kondisi desa dan lain-lainnya diperbanyak dan diperbesar dong, biar kita yang belum pernah kesana bisa melihat dulu gambarannya
ReplyDeletePengen bangettt ke sana, tapi smpai sekarang blum jg kesampaian. Penasaran lihat tempatnya dan sejarahx
ReplyDeletePengen bangettt ke sana, tapi smpai sekarang blum jg kesampaian. Penasaran lihat tempatnya dan sejarahx
ReplyDelete