Search This Blog

Sunday, April 7, 2013

BAKUL KARYA PAPEN BOTE


Jari jemarinya nan lentik  dari tangan yang tinggal tulang berbalut kulit dengan sisa-sisa daging yang sudah tidak sepadat daging tangan seorang bina raga, dengan gesit dan cekatan dari memotong, membelah, sampai dengan menganyam sebatang bambu, bisa disulap menjadi barang jadi dalam bentuk bakul dan tampi. Itulah salah satu  bentuk perjuangan hidup yang ditekuni oleh salah seorang nenek yang bernama asli. Pekerjaan ini telah ditekuninya selama berpuluh tahun. Meskipun di usianya yang sudah memasuki 85 tahun beliau masih tetap semangat menekuni pekerjaannya. Berbekal dari pengetahuan yang didapat secara otodidak ,beliau menekuni pekerjaan ini dengan tujuan untuk bertahan hidup.
Meskipun usianya sudah rentah, nenek yang akrab disapa Papen Bote ini masih menekuni pekerjaannya dengan tanpa beban, semua proses dalam  mengelolah bambu sampai menjadi tampi ataupun bakul dikerjakan sendiri.  bambu tersebut didapatkan dari membeli, bambu tersebut dibeli dengan harga lima ribu rupiah per batang. Dari sebatang bambu dengan jari-jemarinya yang lemah tapi terampil dapat disulap menjadi empat sampai lima tampi atau bakul. Harga jualnya pun tidak mahal, satu produknya hanya dihargai lima belas sampai dua puluh ribu rupiah.
Produk dari usaha Papen Bote ini sangat laris, selain harganya yang mudah dijangkau produk ini  juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat Desa Tapir pada saat ini karena musim panen telah tiba. Sebenarnya banyak juga produk tampi atau bakul yang dijajakan keliling oleh penjual dari desa lain, tapi masyarakat lebih memilih karya Papen Bote selain karena sudah menjadi pelanggan tetap, Cara membayarnya pun gampang bisa dengan menggunakan gabah atau pun beras. “Gampang kan? Yang penting laku mau pakai apapun jadi” seloroh Papen Bote. Semangat dan perjuangan hidup dari seorang Papen Bote sangat patut untuk kita tiru, walaupun di usianya yang sudah uzur tapi masyarakat Desa Tapir sangat membutuhkan kreasinya. (Suhada)

No comments:

Post a Comment